Definisi Abses Submandibula, Penyebab Abses Submandibula, Serta Penatalaksanaan Abses Submandibula
Definisi Abses Submandibula
Abses leher dalam didefinisikan sebagai kumpulan nanah setempat yang terbentuk dalam ruang potensial diantara fasia leher dalam akibat kerusakan jaringan yang merupakan perjalanan infeksi dari beberapa sumber, seperti gigi, mulut, tenggorokan, sinus, paranasal, telinga tengah dan leher. Pada saat ini infeksi tonsil merupakan penyebab utama pada kasus anak-anak, sedangkan pada orang dewasa infeksi terutama bersumber dari gigi atau odontogenik.
Abses diruang submandibula adalah salah satu abses leher dalam yang sering ditemukan. Ruang submandibula merupakan satu ruang potensial pada leher yang terdiri dari ruang subligunal dan submaksila yang di pisahkan oleh otot milohoid. Selain disebabkan oleh infeksi gigi , infeksi di ruang di ruang submandibula bissa disebabkan oleh sialedentis kelenjar submandibula, limfadenitis, trauma atau pembedahan dan bisa juga sebagai lanjutan infeksi ruang leher dan lain. Penyebab infeksi dapat disebabkan oleh kuman aerob, anaerob atau campuran. Infeksi di ruang submandibula biasanya ditandi dengan pembengkanan dibawah rang, baik unilateral tau bilateral.
Anatomi dan Fisiologi Ruang Submandibula
Leher terdiri atas fasia servikal superfisial dan profunda yang memisahkan struktur menjadi beberapa bagian. Ruang leher bagian dalam dibentuk dari fasia ini, namun fasia servikal supervisial dari leher tidak ikut berperan untuk terjadinya infeksi leher dalam. Ruang fasial wajah dan lehe merupakan daerah jaringan penyambung longgar. Dimana memungkinkan menjadi daerah pembentukan abses sesuai dengan perluasan jalan infeksi. Ruang ini dikelilingi oleh selubung fasia yang merupakan lapisan penyambung padat menutupi otot dan orfan. Fungsi selubung ini adalah untuk memberi perlindungan juga memungkinkan pencegahan terjadinya pergerakan struktur satu lainnya.
Fasia kepala dan leher dalam membungkus otot dan organ-organ vichera leher, kemudian membentuk dasar dan ruangan yang membatasi penyebaran infeksi, diantaranya, ruang submandibula, ruang faring lateral, ruang retrofaring, ruang bahaya (danger space) dan ruang prevetebra. Infeksi pada ruang-ruang ini mempunyai efek yang sangat fatal dapat menyebabkan sumbatan jalan nafas atau meluas kedaerah vital seperti mediastinum dan caroid sheah.
Faisa servikal terdiri dari lapisan dari jaringan ikat fibrous yang membungkus organ, otot, saraf dan pembuluh darah yang membagi leher menjadi ruang potensial. Fasia servikal terbagi menjadi dua bagian yaitu fasia servikal superfisial dan fasia servikal profunda.
Fasia servikal superfisil yang dapat isebut juga panikulus adiposus menutupi seluruh leher dan berlanjut ke muskulus plastima di sebalah arteriornya. Fasia serfikalis provunda atau disebut juga deep cervikal fascia terbagi menjadi tiga lapis yaitu lapisan superfisial, lapisan media dan lapisan profunda.
Ruang submandibula adalah ruang fasia kepala dan leher (kang-kadang disebut juga ruang fasia atau ruang jaringan). Merupakan ruang potensial dan berpasangan dikedua sisi, terletak pada permukaan dari otot milihoid antara anterior dan posterior otot digastrikus. Ruang ini berhubungan dengan segitiga submandibula, bagian dari segitiga anterior leher.
Epidemologi
Abse submandibula adalah suatu peradangan yang disertai peradangan yang disertai pembentukn pus pada daerah submandibula. Keadaan ini merupakan salah satu infeksi pada leher bagian dalam. Pada umumnya sumber infeksi pada ruang submandibula berasal dari proses infeksi dari gigi, dasar mulut, faring, kelinjer limfe submandibula, mungkin juga kelanjutan infeksi di ruang leher dalam lain.
Abses submandibula sudah semakin jarang dijumpai, hal ini disebabkan penggunaan antibiotik yang luas dan kesehatan mulut yang meningkat. Penelitian menyatakan bahwa diantara abses leher dalam, abses submandibula merupakan abses leher dalam yang paling sering terjadi (60%), diikuti oleh abses parafaring (16%), abses parotis (6%) dan abses retrofaring(4%).
Etiologi
Abses submandibula merupakan salah satu abses odontogenik yang cukup sering di jumpai, khususnya dimasa pancorba saat adanya daya tahan tubuh manusia yang relatifbmenurun sehinnga tubuhtidak mampu melawan bakteri. Abses ini berasal dari gigi premolar atau molar rahang bawah yang meluas ke arah lingual di bawah m. Mylohyoid.
Sumber infeksi dari abses leher dalam pada orang dewasa dan anak-anak terdapat perbedaan yaitu pada orang dewasa sumber infeksinya berasal dari gigi dan kelenjar ludah sedangkan pada anak-anak penyebaran infeksi ke ruang leher dalam berasal dari infeksi dari daerah tonsil dan faring.
Higiene orang yang buruk merupakan faktor predisposisi terjadinya abses submandibula. Faktor prdisposisi yang lainnya adalah penyakit sistemik seperti diabetes melitus dan penyakit imonodefisiensi karena penyakit-penyakit tersebut yang dapat mempermudah perkembangan bakteri serta penyebaran infeksi.
Stafilokokus aureus, streptokokus B hemolitikus, bacteroides, fusobacterium, spesies peptostreptokokus, neisseria, klebsiella pneumonia dan pseudonas. Pada abses submandibula yang bersumber dari infeksi gigi, bakteri yang sering di temukan adalah grup streptokokus dan bakteri anaerob. Jenis streptokokus yang paling sering ditemukan pada penderita abses submandibula yng di sebabkan oleh infeksi gigi adalah streptokokus viridians sedangkan pada abses submandibula yang tidak disebabkan oleh infeksi gigi, kuman yang paling yang sering ditemukan adalah stafilokokud aureus. Klebsiella pneumoniae merupakan bakteri aerob gram negatif yang paling banyak ditemukan pads pasien diabetes melitus.
Patogenesis
Abses adalah kumpulan pus yang terletak dalam suatu kantung yang terbentuk dalam jaringan yang disebbkan oleh suatu proses infeksi bakteri, parasit benda asing lainnya. Abses merupakan reksi pertahanan yang bertujuan mencegah agen-agen infeksi menyebr kebagia tubuh lainnya. Pus itu sendiri merupkan suatu kumpulan sel-sel jaringan lokal yang mati , sel-sel darah putih, organisme penyebab infeksi atau organisme atu benda-benda asing dan racun yang dihasilkan oleh organisme dan sel-sel darah.
Bakteri yang masuk kedalam jaringan yang sehat dapat menyebabkan terjadinya infeksi. Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh melawan infeksi, bergerak kedalam rongga tersebut dan setelah menelan bakteri maka sel darah putih akan mati. Sel darah putih yang mati inilah yang membentuk pus ini menyebabkan jaringan disekitrnya akan terdorong dan tumbuh disekeliling abses menjadi dinding pembatasan.
Infeksi ruang leher dalam dapat terjadi melalui beberapa cara yaitu limfogen, hematogen, perkontinuitatum dan infeksi langsung. Beberapa infeksi tergantung dari virulensi kuman, daya tahan tubuh dan lokasi anatomi. Ruang submandibula terletak diantara otot dan kulit milohyoid yang memikiki batas posterior yang terbuka sehingga berhubung dengan ruang di dekatnya. Saat ruang submanibula mengalami infeksi , pembengkakan dimulai pada batas inferior lateral dari mandibula dan meluas ke medial menuju area digastrikus dan ke posterior menuju tulang hyoid.
Infeksi yang bersumber dari gigi dapat menyebar melalui jaringan ikat, pembuluh darah, dan pembuluh limfe. Yang paling sering terjadi adalah perkontinutatum karena adanya celah atau ruang diantara jaringan yang berpotensi sebagai tempat berkumpulnya pus. Perjalanan infeksi pada rahang atas dapat membentuk abses platal, abses submokosa, abses gigiva, trombosis sinus kavemosus, abses labial, dan abses fasial. Perjalanan infeksi pada rahang bawah dapat membentuk abses sublingual. Submental. Abses submandibula, abses submaster, dan angina ludovici. Ujung akar molar kedua ke tiga terletak dibelakang bawah linea milohoid yang terletak di aspek dalam mandibula, sehingga jika molar ke dua ke tiga terinfeksi dan membuat abses, pus akan menyebar keruangan submandibula dan dpat meluas ke ruang parafaring.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang gejaka yang paling umum adalah demam, nyeri dan pembengkakan di bawah rahang pada satu atau kedua sisi yang dirasakan nyeri. Lamanya gejala ini bervariasi antara 12 jam sampai 28 jam dengan rata-rata 5 hari. Gejala lain yang dapat timbul adalah perubahan suara, odinofagia, disfagia, dan trismus. Pasien dapat menjadi dehidrasi karena kurangnya asupan nurtisi dan cairan. Pada anamnesis perlu ditanyakan sakit gigi, faktor predisposisi seperti diabetes melitus, imonodifisiensi, riwayat penyalahgunaan obat yang diberikan kepada pasien. Gejala dapat berfariasi tegantung dari progresif penyakitnya. Abses leher dalam yang berat dapat menimbulkan gejala lain yangmerupakan manifiestasi dari komplikasi abses leher dalam seperti gangguan jalan nafas, syok septik dan mediastinitis.
Dari anamnesa ditanyakan adanya riwayat penyakit infeksi lain yang dapat menjai sumber infeksi dari abses submandibula diantaranya adalah infeksi gigi, dasar mulut, faring, kelenjar limfe submandibula, adanya trauma serta kelanjutan infeksi dari ruang leher dalam lainnya. Adanya faktor predisposisi dari abses submandibula yaitu higiene ordental yang buruk, diabetes melitus serta adanya penyakit imonodefisiensi dapat diperoleh juga dari anamnesa.
Pada pemeriksaan fisik infeksi diruang submandibula biasanya di tandai dengan pembengkakan dibawah fahang, baik unilateral atau bilateral yang nyeri tekan, hiperemi dan berfluktuasi. Pembengkakan dibawah rahang dpat juga di sertai dengan pembengkakan dibaawah lidah serta adanya trismus. Terdapat adanya pus pada aspirasi yang dilakukan ditempat pembengkakan tersebut.
Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan lekositosis. Pemeriksaan lekosit secara serial merupakan cara terbaik untuk menilai respon terapi.
Pemeriksaan glukosa darah diperlukan untuk mencari faktor predisposisi. Pemeriksaan elektrolit darah diperlukan untuk menilai keseimbangan elektrolit yang mungkin terjadi akibat gangguan asupan cairan nutrisi. Pada abses leher dalam harus dilakukan kultur bakteri dan uji sensevitas terhadap antibiotika.
Foto panoramik digunakan untuk menilai posisi gigi dan adanya abses pada gigi. Pemeriksaan ini dilakukan terutama pada kasus abses leher dalam yang di duga sumber infeksinya berasal dari gigi.
Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari abses submandibula adalah limfadenitis, abses submaster, abses bukal, sialodentis, dan neoplasma didaerah leher.
Penatalaksanaan
Penilaian keadaan umum pasien penting dalam penatalaksaan abses leher dalam, prioritas utama adalah stabilisasi jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi. Karena abses leher dalam meliki potensi untuk mengancam nyawa maka pasien harus dirawat dirumah sakit. Penatalaksanaan abses sub mandibula dapat dilakukan dengan memberikan terpi antibiotika yang adekuat dan drainase abses.
Drainase abses dapat dilakukan dengan aspirasi abses yang kemudian dilanjutkan dengan insisi dan eksplorisasi, tergantung pada luasnya abses dan komplikasi yang ditimbulkannya. Evakuasi abses dpat dilakukan dengan anastesi lokas maupun anastesi umum. Insisi abses sub mandibula untuk drainase dibuat pada tempat yang paling berfluktuasi atau setinggi osh yoid, tergantung letak dan luas abses.
Komplikasi
Komplikasi submandibula terjadi akibat ketrlambatan diagnosis dan penatalaksaan serta terapi yang tidak tepat dan tidak adekuat. Komplikasi yang dapat terjadi adalah
1. Obstruksi jalan nafas
2. Osteomielietis submandibula
3. Penyebaran infeksi ke ruang leher didekatnya
Prognosis
Sejak ditemukan antibiotika, kejadian kompliksi terkait abses leher dalam telah menurun selama dekade terakhir. Diagnosis dini, manajemen agresif dengan bedah intervensi dan manajemen jalan nafas yang tepat dapat mengurangi komplikasi dan kematian yang terkait dengan abses leher dalam termasuk abses submandibula.
Posting Komentar untuk "Definisi Abses Submandibula, Penyebab Abses Submandibula, Serta Penatalaksanaan Abses Submandibula"
Posting Komentar